Asing Catatkan Net Sell Pada Perdagangan Kemarin, Simak Potensi Cuan AMRT hingga ADMR!

31 Oktober 2023 08:06 WIB

Penulis:Hendra Wardana

Editor:Ananda Astri Dianka

Awak Media memantau pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jum’at, 17 Juli 2020. Indeks harga saham gabungan (IHSG) mencatat koreksi 0,21 persen di akhir sesi pertama perdagangan Jumat 17 Juli 2020.
Kekhawatiran terkait gelombang kedua penyebaran virus corona (Covid-19) dan aksi ambil untuk atau profit taking dinilai menjadi penyebab koreksi indeks. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia

undefined

Pasar saham Amerika Serikat ditutup menguat pada perdagangan kemarin (30/10/2023), hal ini disebabkan oleh sikap pasar yang berkespektasi bahwa kenaikan suku bunga tidak akan terjadi dalam waktu lebih lama lagi. Menurut data konsensus, para analis memprediksi bahwa suku bunga The Fed tidak akan mengalami kenaikan lagi atau tetap pada level 5,50%.

Di sisi lain, pasar saham AS juga didorong oleh kinerja positif perusahaan Big Cap yang mencatatkan pertumbuhan laba bersihnya, sehingga dapat mendorong kenaikan indeks major AS. Contohnya seperti, perusahaan McDonald's yang mengalahkan ekspektasi pasar.

Dari komoditas, Harga minyak turun pada hari Senin karena para trader mengambil sikap hati-hati pada awal minggu yang mencakup pertemuan kebijakan Federal Reserve dan juga data aktivitas ekonomi utama China. Harga-harga mencatat penurunan yang besar selama minggu ini karena hanya ada sedikit tanda-tanda bahwa konflik di Timur Tengah akan meluas menjadi perang regional yang lebih luas.

Selanjutnya, Stocknow.id memproyeksikan Indeks Harga Saham gabungan (IHSG) pada hari ini (31/10/2023) akan bergerak melemah terbatas dengan menguji level Support terdekatnya pada 6.660 dan Resistancenya di level 6.806. Adapun saham-saham yang dapat dicermati pada hari ini sebagai Swing Trade, yaitu AMRT, HMSP, ADMR, dan IMPC.

IHSG diprediksi melemah pada hari ini (31/10/2023) karena beberapa sentimen global dan regional yang terjadi, diantaranya yaitu, meskipun pasar saham AS ditutup menguat, tetapi hal tersebut bukan dikarenakan faktor ekonomi makro, melainkan faktor rilis laporan keuangan Q3 2023 pada emiten di Amerika Serikat yang menunjukkan adanya kinerja positif. Tetapi, yang perlu dikhawatirkan adalah kebijakan The Fed yang masih dalam pemantauan banyak investor dan analis yang akan dirilis pada hari rabu mendatang.

Sentimen selanjutnya, mayoritas harga komoditas dunia turun lebih dari 1% pada perdagangan kemarin (30/10/2023). Berdasarkan data yang dikutip dari Investor Daily, terjadi penyerangan lebih lanjut dari Israel terhadap Gaza yang menargetkan lebih dari 600 target militan. Hal ini dapat menjadi katalis negatif atau pemberat bagi saham-saham komoditas untuk perdagangan hari ini.

Datang dari Domestik, asing mencatatkan net sell pada perdagangan kemarin sebesar Rp243,01 Milliar dan jika ditinjau dalam satu minggu terakhir, asing telah mencatatkan distribusi pada saham-saham di Indonesia mencapai Rp3,11 Trilliun.

Dari segi teknikal, jika dilihat dari indikator Stochastic, IHSG masih berpotensi untuk melanjutkan penurunannya karena pergerakan stochastic belum ada menunjukkan sinyal pembalikan arah. Walaupun IHSG kemarin menyisakan Lower Shadow yang dalam, tetapi trend penurunan IHSG masih kuat dalam satu hingga dua minggu mendatang.

Selanjutnya, Stocknow.id merekomendasikan strategi trading pada saham-saham dibawah ini:

Kami merekomendasikan swing saham AMRT pada harga 2890, dengan TP1 di 2980, TP2 di 3030, dan SL di 2810. Selanjutnya, ada HMSP di harga 920, dengan TP1 di 950, TP2 di 975, dan SL di 895. Kemudian masih dari Swing Trade, ada ADMR di harga 1115, dengan TP1 di 1150, TP2 di 1180, dan SL di 1085. 

Terakhir, dari Fast Trade ada IMPC di harga 368, dengan TP1 di 380, TP2 di 390, dan SL di 358.